Popular Posts
-
1.1 LATAR BELAKANG PT. Putra Tunas Megah merupakan perusahaan swasta yang menghasilkan produk berupa mesin-mesin yang diperluka...
-
Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Project Manager Project manager adalah seorang yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin tim pro...
-
PT. Putra Tunas Megah merupakan perusahaan swasta yang menghasilkan produk berupa mesin-mesin yang diperlukan pabrik kelapa sawit (PKS) s...
-
Hukuman dan imbalan, hal ini merupakan strategi manajerial yang semakin banyak digunakan. Beberapa factor yang berhubungan dengan pekerjaa...
-
rumah gadang-rumah khas minang Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan Minang adalah salah sat...
-
Budaya organisasi pada hakikatnya merupakan pondasi suatu organisasi, jika pondasi yang dibuat tidak cukup kokoh, maka betapapun bagusnya ...
-
Keluarga ideal adalah keluarga berencana yaitu suami, istri, dan dua anak, tapi bagi saya, itu adalah ...
-
Ilmu sosial adalah ilmu yang mencakup segala aspek dalam kehidupan dimulai dari sifat individu, intera...
-
Manusia adalah individu atau makhluk ciptaan Tuhan yang indah, Tuhan menciptakan kita sedemikian rupa...
-
Harapan adalah suatu bentuk kepercayaan akan suatu hal kebaikan yang diinginkan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pengertian h...
Top Links
About Me
- vanny yolanda
- vanny | a mom | independent | democracy | wear Hijab | and builder of dreams
Categories
Followers
Organisasi
adalah sekelompok masyarakat yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dan komunikasi adalah perekat yang memungkinkan kelompok
masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik.
Komunikasi
dalam organisasi adalah komunikasi dalam organisasi yaitu proses menciptakan
dan saling menukar pesan dalam hubungan jaringan yang saling bergantung satu
sama lain untuk mengatasi lingkungan yang selalu berubah-ubah. (Goldhaber,1986).
Proses
komunikasi dalam organisasi
Sebelum komunikasi dapat terjadi dibutuhkan suatu tujuan
yang terekspresikan sebagai pesan untuk disampaikan antar seorang sumber dan
penerimanya yang menghasilkan transfer dan pemahaman data, proses komunikasi
(communication process) sebagai berikut :
Pengirim à
Penyandian à Pesan
à Saluran à Penerjemah Sandi à Penerimaan à Gangguan à Umpan Balik.
Pengirim mengirimkan sebuah pesan dengan cara
menyandikan pemikirannya. Pesan tersebut adalah produk fisik aktual dari penyandian oleh pengirim. Saluran merupakan
perantara yang dipakai pesan dalam menempuh perjalanan. Saluran tersebut
dipilih oleh pengirim, apakah ia hendak menggunakan saluran yang formal atau
informal. Saluran formal (formal
channels) disediakan oleh organisasi dan berfungsi sebagai penyampai
pesan-pesan yang berhubungan dengan aktivitas profesional dari para anggotanya.
Saluran informal (informal channels) yaitu
saluran komunikasi yang diciptakan secara spontan dan muncul sebagai tanggapan
terhadap pilihan-pilihan individual. Penerima adalah objek yang menjadi sasaran dari pesan itu. Tetapi sebelum
pesan tersebut dapat diterima, simbol-simbol didalamnya harus diterjemahkan menjadi
bentuk yang dapat dipahami oleh penerima. Langkah ini disebut penerjemahan
sandi dalam pesan. Gangguan
mewakili berbagai hambatan komunikasi yang mengacaukan kejelasan pesan.
Mata rantai yang trakhir dalam proses komunikasi adalah lingkaran umpan
balik yaitu sarana pengecekan mengenai seberapa berhasil kita telah
menyampaikan pesan kita seperti yang dimaksudkan pada awalnya. Hal ini
mementukan apakah pemahaman telah tercapai.
Menurut
Mintzberg, terdapat tiga peran manajerial yang dapat diterapkan oleh seorang
manajer dalam suatu organisasi. Yaitu: peran antarpribadi (interpersonal
roles), peran informasional (informational roles), dan peran keputusan
(decisional roles). Jadi melalui masing-masing peran tersebut seorang manajer
harus mampu mengomunikasikan ide, gagasan atau informasi kepada karyawannya,
sehingga mereka dapat memahami pesan yang telah disampaikan dengan baik dan
efektif.
Peran manajerial dalam suatu organisasi dapat dijelaskan
lebih rinci sebagai berikut:
Peran Antarpribadi menunjukkan bahwa seorang manajer
harus mampu memerankan dirinya sebagai seorang tokoh figur, manajer, penghubung.
Peran Informasional
Monitoring, peran
yang harus dilakukan oleh seorang manajer untuk mengawasi bawahan agar
pekerjaan mereka sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyebar Informasi,
peran manajer untuk menyebarluaskan atau menyampaikan informasi secara
menyeluruh kepada para karyawannya agar mereka dapat memahami dengan baik
berbagai kebijakan organisasi tersebut.
Juru Bicara,
seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang juru bicara yang
baik, khususnya yang berkaitan dengan penyampaian informasi tentang berbagai
kebijakan penting organisasinya kepada pihak lain (eksternal).
Paran Keputusan
Wirausaha, seorang
manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang wirausaha yang jujur,
dinamis, ulet, kreatif, inovatif, responsif, bertanggung jawab, berani
mengambil resiko, dan berwawasan luas.
Pemecah Masalah,
seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai salah seorang yang
memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
suatu organisasi
Pengalokasi Sumber Daya,
seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai orang yang mampu
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki secara baik. Seperti sumber daya
manusia, sumber daya keuangan, sumber daya informasi, dan lain sebagainya.
Negosiator,
kemampuan ini sangat diperlukan oleh seorang manajer ketika berhubungan dengan
pihak eksternal organisasi.
Keberhasilan
komunikasi dalam suatu organisasi merupakan aset penting bagi pencapaian
sasaran atau tujuan organisasi tersebut. Keberhasilan komunikasi yang tercermin
dalam efektivitas dan efisiensinya merupakan alat perekat organisasi yang juga
mempengaruhi nama baik (goodwill) organisasi yang bersangkutan.
Referensi & Daftar Pustaka
Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis (Edisi 3). Jakarta:
Erlangga.
Robbins, Stephen P., &
Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi (Edisi 12, Buku 2).
Terjemahan oleh Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid. 2008. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
http://mudzakiriqbal.blogspot.com/2012/12/komunikasi-dalam-organisasi-perusahaan.html
Labels:
Teori Organisasi Umum 2
Pengambilan
keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah yang harus diselesaikan
dengan memuaskan. Situasi masalah tersebut yang menjadi masukan pertama dalam
sistem pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan dengan pengetahuan, pengalaman,
dan data yang diperoleh atau dikumpulkan berkaitan dengan masalah.
Berikut
beberapa pendapat sebagai dasar konseptual dalam memahami apa sebenarnya
pengambilan keputusan dalam aktivitas manajemen pada sebuah organisasi
Pengambilan
keputusan merupakan salah satu peranan manajer yang disebut peranan desisional
(Winarda,1990).
Suatu putusan
ialah proses memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif yang
mungkin (Sutisna,1985:149)
Demikian pula Drummond (1985) berpendapat bahwa Pengambilan keputusan merupakan usaha
penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa
pada saat pemilihan dan sesudahnya).
Bertolak dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambialn keputusan ialah proses pemecahan
masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Pengambilan keputusan dalam
fungsi-fungsi manajemen itu meliputi:
1. Perencanaan-Apa
tujuan akhir organisasi? Strategi apa yang digunakan dalam mencapai tujuan?
2. Pengorganisasian-Bagaimana
pekerjaan-pekerjaanitu dirancang? Struktur organisasi bagaimana yang
diperlukan? Siapa-siapa yang akan mengisi pekerjaan?
3. Penggerakan-Bagaimana
menggerakkan pegawai agar mereka berkinerja tinggi? Bagaimana kepeminpinan
efektif dalam organisasi?
4. Pengawasan-Aktivitas
apa saja dalam organisasi yang harus diawasi? Dalam hal apa saja penyimpangan
terjadi? Bagaimana menggerakkan organisasi secara efektif?
Setiap proses
pengambilan keputusan merupakan suatu sistem tindakan karena ada beberapa
komponen didalamnya. Menurut Pradjudi (1997:45), kerangka kerja yang ada dalam
sistem pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1.
Posisi orang yang berwenang dalam mengambil
keputusan
2.
Problema (penyimpangan dari apa yang dikehendaki
dan direncanakan atau dituju)
3.
Situasi si pengambil keputusan itu berada
4.
Kondisi si pengambil keputusan (kekuatan dan
kemampuan menghadapi problem)
5.
Tujuan (apa yang diinginkan atau dicapai dengan
pengambilan keputusan).
Pendapat lain menegaskan bahwa
langkah-langkah pengambilan keputusan ada enam, yaitu :
1. Mengidentifikasi
suatu masalah
2. Memperjelas
dan menyusun prioritas sasaran-sasaran
3. Menciptakan
pilihan-pilihan
4. Menilai
pilihan-pilihan
5. Memperbandingkan
akibat-akibat yang diramalkan pada masing-masing pilihan dengan sasaran-sasaran
6. Memilih
pilihan dengan konsekuensi-konsekuensi dengan sasaran-sasaran (Drummond,1995:3)
Keputusan
adalah hasil yang dicapai dari proses pengambilan keputusan. Menentukan pilihan
(memutuskan) atau arah tindakan tertentu bagi organisasi adalah keputusan.
Secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut:
1. Keputusan
strategis, setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan
organisasional. Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis.
2. Keputusan
operasional, adapun keputusan operasional menyangkut pengelolaan organisasi
sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan
strategis yang diambil oleh para manajer puncak (Drummond,1995:13).
Disisi lain, ada pula pembagian
jenis keputusan berdasarkan masalah yang dihadapi, yaitu:
a. Keputusan
yang diprogramkan (program decision)
Keputusan ini
adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada problem yang diketahui secara
baik (well-structured problems) atau masalahnya diketahui secara jelas.
b. Keputusan
yang tidak diprogram (non-programmed decision)
Keputusan ini
adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan masalah yang tidak
diketahui secara jelas (ill-structured problems) atau data dan informasinya
kurang tersedia sebagaimana mestinya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
a.
Hal-hal yang berwujud maupun
yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan
dalam pengambilan keputusan.
b.
Setiap keputusan harus dapat
dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
c.
Setiap keputusan jangan
berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan
kepentingan organisasi.
d.
Jarang sekali pilihan yang
memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
e.
Pengambilan keputusan
merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
f.
Pengambilan keputusan yang
efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
g.
Diperlukan pengambilan
keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
h.
Setiap keputusan hendaknya
dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
i.
Setiap keputusan merupakan
tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.
Pengambilan keputusan yang efektif menjadi tolak ukur kepemimpinan yang efektif pula. Tetapi kepemimpinan efektif tidak hanya membolehkan diskusi diantara kelompok, tetapi juga mengizinkan mereka berpartisipasi dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Jika mereka tidak dilibatkan dalam kegiatan mendiskusikan persoalan yang relavan bagi mereka maka partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan tidak akan sukses.
Pengambilan keputusan yang efektif menjadi tolak ukur kepemimpinan yang efektif pula. Tetapi kepemimpinan efektif tidak hanya membolehkan diskusi diantara kelompok, tetapi juga mengizinkan mereka berpartisipasi dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Jika mereka tidak dilibatkan dalam kegiatan mendiskusikan persoalan yang relavan bagi mereka maka partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan tidak akan sukses.
Daftar Pustaka & Referensi
Anzizhan & Syafaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
http://ddhardiyan.blogspot.com/2011/09/proses-yang-mempengaruhi-pengambilan.html
Labels:
Teori Organisasi Umum 2
Langganan:
Postingan (Atom)
Komunikasi dalam Organisasi
Organisasi
adalah sekelompok masyarakat yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dan komunikasi adalah perekat yang memungkinkan kelompok
masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik.
Komunikasi
dalam organisasi adalah komunikasi dalam organisasi yaitu proses menciptakan
dan saling menukar pesan dalam hubungan jaringan yang saling bergantung satu
sama lain untuk mengatasi lingkungan yang selalu berubah-ubah. (Goldhaber,1986).
Proses
komunikasi dalam organisasi
Sebelum komunikasi dapat terjadi dibutuhkan suatu tujuan
yang terekspresikan sebagai pesan untuk disampaikan antar seorang sumber dan
penerimanya yang menghasilkan transfer dan pemahaman data, proses komunikasi
(communication process) sebagai berikut :
Pengirim à
Penyandian à Pesan
à Saluran à Penerjemah Sandi à Penerimaan à Gangguan à Umpan Balik.
Pengirim mengirimkan sebuah pesan dengan cara
menyandikan pemikirannya. Pesan tersebut adalah produk fisik aktual dari penyandian oleh pengirim. Saluran merupakan
perantara yang dipakai pesan dalam menempuh perjalanan. Saluran tersebut
dipilih oleh pengirim, apakah ia hendak menggunakan saluran yang formal atau
informal. Saluran formal (formal
channels) disediakan oleh organisasi dan berfungsi sebagai penyampai
pesan-pesan yang berhubungan dengan aktivitas profesional dari para anggotanya.
Saluran informal (informal channels) yaitu
saluran komunikasi yang diciptakan secara spontan dan muncul sebagai tanggapan
terhadap pilihan-pilihan individual. Penerima adalah objek yang menjadi sasaran dari pesan itu. Tetapi sebelum
pesan tersebut dapat diterima, simbol-simbol didalamnya harus diterjemahkan menjadi
bentuk yang dapat dipahami oleh penerima. Langkah ini disebut penerjemahan
sandi dalam pesan. Gangguan
mewakili berbagai hambatan komunikasi yang mengacaukan kejelasan pesan.
Mata rantai yang trakhir dalam proses komunikasi adalah lingkaran umpan
balik yaitu sarana pengecekan mengenai seberapa berhasil kita telah
menyampaikan pesan kita seperti yang dimaksudkan pada awalnya. Hal ini
mementukan apakah pemahaman telah tercapai.
Menurut
Mintzberg, terdapat tiga peran manajerial yang dapat diterapkan oleh seorang
manajer dalam suatu organisasi. Yaitu: peran antarpribadi (interpersonal
roles), peran informasional (informational roles), dan peran keputusan
(decisional roles). Jadi melalui masing-masing peran tersebut seorang manajer
harus mampu mengomunikasikan ide, gagasan atau informasi kepada karyawannya,
sehingga mereka dapat memahami pesan yang telah disampaikan dengan baik dan
efektif.
Peran manajerial dalam suatu organisasi dapat dijelaskan
lebih rinci sebagai berikut:
Peran Antarpribadi menunjukkan bahwa seorang manajer
harus mampu memerankan dirinya sebagai seorang tokoh figur, manajer, penghubung.
Peran Informasional
Monitoring, peran
yang harus dilakukan oleh seorang manajer untuk mengawasi bawahan agar
pekerjaan mereka sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyebar Informasi,
peran manajer untuk menyebarluaskan atau menyampaikan informasi secara
menyeluruh kepada para karyawannya agar mereka dapat memahami dengan baik
berbagai kebijakan organisasi tersebut.
Juru Bicara,
seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang juru bicara yang
baik, khususnya yang berkaitan dengan penyampaian informasi tentang berbagai
kebijakan penting organisasinya kepada pihak lain (eksternal).
Paran Keputusan
Wirausaha, seorang
manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang wirausaha yang jujur,
dinamis, ulet, kreatif, inovatif, responsif, bertanggung jawab, berani
mengambil resiko, dan berwawasan luas.
Pemecah Masalah,
seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai salah seorang yang
memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
suatu organisasi
Pengalokasi Sumber Daya,
seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai orang yang mampu
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki secara baik. Seperti sumber daya
manusia, sumber daya keuangan, sumber daya informasi, dan lain sebagainya.
Negosiator,
kemampuan ini sangat diperlukan oleh seorang manajer ketika berhubungan dengan
pihak eksternal organisasi.
Keberhasilan
komunikasi dalam suatu organisasi merupakan aset penting bagi pencapaian
sasaran atau tujuan organisasi tersebut. Keberhasilan komunikasi yang tercermin
dalam efektivitas dan efisiensinya merupakan alat perekat organisasi yang juga
mempengaruhi nama baik (goodwill) organisasi yang bersangkutan.
Referensi & Daftar Pustaka
Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis (Edisi 3). Jakarta:
Erlangga.
Robbins, Stephen P., &
Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi (Edisi 12, Buku 2).
Terjemahan oleh Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid. 2008. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
http://mudzakiriqbal.blogspot.com/2012/12/komunikasi-dalam-organisasi-perusahaan.html
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan
keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah yang harus diselesaikan
dengan memuaskan. Situasi masalah tersebut yang menjadi masukan pertama dalam
sistem pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan dengan pengetahuan, pengalaman,
dan data yang diperoleh atau dikumpulkan berkaitan dengan masalah.
Berikut
beberapa pendapat sebagai dasar konseptual dalam memahami apa sebenarnya
pengambilan keputusan dalam aktivitas manajemen pada sebuah organisasi
Pengambilan
keputusan merupakan salah satu peranan manajer yang disebut peranan desisional
(Winarda,1990).
Suatu putusan
ialah proses memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif yang
mungkin (Sutisna,1985:149)
Demikian pula Drummond (1985) berpendapat bahwa Pengambilan keputusan merupakan usaha
penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa
pada saat pemilihan dan sesudahnya).
Bertolak dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambialn keputusan ialah proses pemecahan
masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Pengambilan keputusan dalam
fungsi-fungsi manajemen itu meliputi:
1. Perencanaan-Apa
tujuan akhir organisasi? Strategi apa yang digunakan dalam mencapai tujuan?
2. Pengorganisasian-Bagaimana
pekerjaan-pekerjaanitu dirancang? Struktur organisasi bagaimana yang
diperlukan? Siapa-siapa yang akan mengisi pekerjaan?
3. Penggerakan-Bagaimana
menggerakkan pegawai agar mereka berkinerja tinggi? Bagaimana kepeminpinan
efektif dalam organisasi?
4. Pengawasan-Aktivitas
apa saja dalam organisasi yang harus diawasi? Dalam hal apa saja penyimpangan
terjadi? Bagaimana menggerakkan organisasi secara efektif?
Setiap proses
pengambilan keputusan merupakan suatu sistem tindakan karena ada beberapa
komponen didalamnya. Menurut Pradjudi (1997:45), kerangka kerja yang ada dalam
sistem pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1.
Posisi orang yang berwenang dalam mengambil
keputusan
2.
Problema (penyimpangan dari apa yang dikehendaki
dan direncanakan atau dituju)
3.
Situasi si pengambil keputusan itu berada
4.
Kondisi si pengambil keputusan (kekuatan dan
kemampuan menghadapi problem)
5.
Tujuan (apa yang diinginkan atau dicapai dengan
pengambilan keputusan).
Pendapat lain menegaskan bahwa
langkah-langkah pengambilan keputusan ada enam, yaitu :
1. Mengidentifikasi
suatu masalah
2. Memperjelas
dan menyusun prioritas sasaran-sasaran
3. Menciptakan
pilihan-pilihan
4. Menilai
pilihan-pilihan
5. Memperbandingkan
akibat-akibat yang diramalkan pada masing-masing pilihan dengan sasaran-sasaran
6. Memilih
pilihan dengan konsekuensi-konsekuensi dengan sasaran-sasaran (Drummond,1995:3)
Keputusan
adalah hasil yang dicapai dari proses pengambilan keputusan. Menentukan pilihan
(memutuskan) atau arah tindakan tertentu bagi organisasi adalah keputusan.
Secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut:
1. Keputusan
strategis, setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan
organisasional. Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis.
2. Keputusan
operasional, adapun keputusan operasional menyangkut pengelolaan organisasi
sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan
strategis yang diambil oleh para manajer puncak (Drummond,1995:13).
Disisi lain, ada pula pembagian
jenis keputusan berdasarkan masalah yang dihadapi, yaitu:
a. Keputusan
yang diprogramkan (program decision)
Keputusan ini
adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada problem yang diketahui secara
baik (well-structured problems) atau masalahnya diketahui secara jelas.
b. Keputusan
yang tidak diprogram (non-programmed decision)
Keputusan ini
adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan masalah yang tidak
diketahui secara jelas (ill-structured problems) atau data dan informasinya
kurang tersedia sebagaimana mestinya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
a.
Hal-hal yang berwujud maupun
yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan
dalam pengambilan keputusan.
b.
Setiap keputusan harus dapat
dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
c.
Setiap keputusan jangan
berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan
kepentingan organisasi.
d.
Jarang sekali pilihan yang
memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
e.
Pengambilan keputusan
merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
f.
Pengambilan keputusan yang
efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
g.
Diperlukan pengambilan
keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
h.
Setiap keputusan hendaknya
dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
i.
Setiap keputusan merupakan
tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.
Pengambilan keputusan yang efektif menjadi tolak ukur kepemimpinan yang efektif pula. Tetapi kepemimpinan efektif tidak hanya membolehkan diskusi diantara kelompok, tetapi juga mengizinkan mereka berpartisipasi dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Jika mereka tidak dilibatkan dalam kegiatan mendiskusikan persoalan yang relavan bagi mereka maka partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan tidak akan sukses.
Pengambilan keputusan yang efektif menjadi tolak ukur kepemimpinan yang efektif pula. Tetapi kepemimpinan efektif tidak hanya membolehkan diskusi diantara kelompok, tetapi juga mengizinkan mereka berpartisipasi dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Jika mereka tidak dilibatkan dalam kegiatan mendiskusikan persoalan yang relavan bagi mereka maka partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan tidak akan sukses.
Daftar Pustaka & Referensi
Anzizhan & Syafaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
http://ddhardiyan.blogspot.com/2011/09/proses-yang-mempengaruhi-pengambilan.html
Langganan:
Postingan (Atom)